Sputum
adalah cairan yang diproduksi dalam alveoli dan bronkioli. Sputum yang memenuhi
syarat pemeriksaan harus betul-betul dari trakea dan bronki bukan berupa air
ludah. Sputum dapat dibedakan dengan ludah antara lain : ludah biasa akan
membentuk gelembung-gelembung jernih di bagian atas permukaan cairan,sedang
pada sputum hal ini jarang terjadi. Secara mikroskopis ludah akan menunjukan
gambaran sel-sel gepeng sedang pada sputum hal ini tidak ditemukan . (Widman,
1994)
Sputum
paling baik untuk pemeriksaan adalah sputum pagi hari, karena sputum
pagi paling banyak mengandung kuman. Sputum pagi di kumpulkan sebelum menggosok
gigi, tetapi sudah berkumur dengan air untuk membersihkan sisa
makanan dalam mulut yang tertinggal. (B. sandjaja, 1992).
Klasifikasi Sputum
Sputum
yang dikeluarkan oleh seorang pasien hendaknya dapat dievaluasi sumber, warna,
volume, dan konsistensinya, karena kondisi sputum biasanya memperlihatkan
secara spesifik proses kejadian patologik pada pembentukan sputum itu sendiri.
klasifikasi bentukan sputum dan kemungkinan penyebabnya :
• Sputum yang dihasilkan sewaktu membersihkan tenggorokan, kemungkinan berasal dari sinus, atau saluran hidung, bukan berasal dari saluran napas bagian bawah.
• sputum banyak sekali&purulen → proses supuratif (eg. Abses paru)
• Sputum yg terbentuk perlahan&terus meningkat → taanda bronkhitis/ bronkhiektasis.
• Sputum kekuning-kuningan → proses infeksi.
• Sputum hijau → proses penimbunan nanah. Warna hijau ini dikarenakan adanya verdoperoksidase yg dihasikan oleh PMN dlm sputum. Sputum hijau ini sering ditemukan pada penderita bronkhiektasis karena penimbunan sputum dalam bronkus yang melebar dan terinfeksi.
• sputum merah muda&berbusa → tanda edema paru akut.
• Sputum berlendir, lekat, abu-abu/putih → tanda bronkitis kronik.
• Sputum berbau busuk → tanda abses paru/ bronkhiektasis.
klasifikasi bentukan sputum dan kemungkinan penyebabnya :
• Sputum yang dihasilkan sewaktu membersihkan tenggorokan, kemungkinan berasal dari sinus, atau saluran hidung, bukan berasal dari saluran napas bagian bawah.
• sputum banyak sekali&purulen → proses supuratif (eg. Abses paru)
• Sputum yg terbentuk perlahan&terus meningkat → taanda bronkhitis/ bronkhiektasis.
• Sputum kekuning-kuningan → proses infeksi.
• Sputum hijau → proses penimbunan nanah. Warna hijau ini dikarenakan adanya verdoperoksidase yg dihasikan oleh PMN dlm sputum. Sputum hijau ini sering ditemukan pada penderita bronkhiektasis karena penimbunan sputum dalam bronkus yang melebar dan terinfeksi.
• sputum merah muda&berbusa → tanda edema paru akut.
• Sputum berlendir, lekat, abu-abu/putih → tanda bronkitis kronik.
• Sputum berbau busuk → tanda abses paru/ bronkhiektasis.
Pemeriksaan Sputum
Pemeriksaan
sputum biasanya diperlukan jika diduga adanya penyakit paru. Membran mukosa
saluran pernapasan berespons terhadap inflamasi dengan meningkatkan keluaran
sekresi yang sering mengandung organisme penyebab. Perhatikan dan catat volume,
konsistensi, warna dan bau sputum. Pemeriksaan sputum mencakup pemeriksaan :
1. Pewarnaan Gram,biasanya
pemeriksaan ini memberikan cukup informasi tentang organism yang cukup untuk
menegakkan diagnose presumtif.
2. Kultur Sputum mengidentifikasi
organisme spesifik untuk menegakkan diagnose definitif. Untuk keperluan
pemeriksaan ini, sputum harus dikumpulkan sebelum dilakukan terapi antibiotic
dan setelahnya untuk menentukan kemanjuran terapi.
3. Basil
Tahan Asam (BTA) menentukan adanya mikobacterium tuberculosis, yang setelah
dilakukan pewarnaan bakteri ini tidak mengalami perubahan warna oleh alcohol
asam.
Pengumpulan Sputum
Sebaiknya
klien diinformasikan tentang pemeriksaan ini sehingga akan dapat dikumpulkan
sputum yang benar-benar sesuai untuk pemeriksaan ini. Instruksikan pasien untuk
mengumpulkan hanya sputum yang berasal dari dalam paru-paru. (Karena sering
kali jika klien tidak di jelaskan demikian, klien akan mengumpulkan saliva dan
bukan sputum). Biasanya dibutuhkan sekitar 4 ml sputum untuk suatu pemeriksaan
laboraturium. Implikasi keperawatan untuk pengumpulan sputum termasuk :
1. Klien yang kesulitan dalam pembentukan
sputum atau mereka yang sangat banyak membentuk sputum dapat mengalami
dehidrasi, perbanyak asupan cairan klien.
2. Kumpulkan sputum sebelum makan
dan hindari kemungkinan muntah karena batuk.
3. Instruksikan klien untuk
berkumur dengan air sebelum mengumpulkan specimen untuk mengurangi kontaminasi
sputum.
4. Instruksikan
klien untuk mengingatkan dokter segera setelah specimen terkumpul sehingga
specimen dapat dikirim ke laboraturium secepatnya.
1.Pengambilan Spesimen
Pengumpulan
sputum yang terbaik adalah sputum pagi hari atau sputum semalam dengan jumlah
yang terkumpul sebanyak 3-5 ml setiap wadah penampung sputum.
Cara pengambilan sputum
:
Pasien
berkumur dengan air garam dahulu, kemudian di beri wadah yang bermulut lebar,
mempunyai tutup berulir, suci hama, tidak mudah pecah, tidak bocor,
sekali pakai dibuang (disposible). Pasien dalam posisi berdiri, jika tidak
memungkinkan dapat dengan duduk agak membungkuk. Pagi hari setelah
bangun tidur biasanya rangsangan batuk sangat kuat, tetapi penderita di
anjurkan untuk menahanya dan menarik nafas dalam-dalam. Kemudian segera di
suruh batuk sekuat-kuatnya sehingga merasakan dahak yang dibatukkan keluar dari
tenggorokan. Sputum yang keluar di tampung dalam wadah yang di sediakan, mulut
wadah penampung dibersihkan dari tetesan dahak lalu di tutup. Wadah diberi
label yang yang berisi nama, alamat, tanggal pengambilan serta nama
pengirim.
2. Pembuatan
Sediaan
a. Pembuatan
Preparat
Gelas
kaca di beri nomor kode, nomor pasien, nama pasien, pada sisi kanan kaca obyek
baru. Pilih bagian sputum yang kental, warna kuning kehijauan, ada pus atau
darah, ada perkejuan. Ambil sedikit bagian tersebut dengan menggunakan ose yang
sebelumnya dibakar dulu sampai pijar, kemudian didinginkan. Ratakan diatas kaca
obyek dengan ukuran + 2-3 cm. Hapusan sputum yang dibuat jangan
terlalu tebal atau tipis. Keringkan dalam suhu kamar. Ose sebelum dibakar
dicelupkan dulu kedalam botol berisi campuran alkohol 70% dan pasir dengan
perbandingan 2 : 1 dengan tujuan untuk melepaskan partikel yang
melekat pada ose (untuk mencegah terjadinya percikan atau aerosol pada waktu
ose dibakar yang dapat menularkan kuman tuberkulosis).Rekatkan / fiksasi dengan
cara melakukan melewatkan preparat diatas lidah api dengan cepat sebanyak
3 kali selama 3-5 detik. Setelah itu sediaan langsung diwarnai
dengan pewarna Ziehl Neelsen.
b. Pembuatan
Ziehl Neelsen.
Pada
dasarnya prinsip pewarnaan mycobacterium yang dinding selnya tahan asam karena
mempunyai lapisan lemah atau lilin sehingga sukar ditembus cat. Oleh pengaruh
phenol dan pemanasan maka lapisan lemak dapat ditembus cat basic fuchsin. Pada
pengecatan Ziehl Neelsen setelah BTA mengambil warna dari basic
fuchshin kemudian dicuci dengan air mengalir, lapisan lilin yang terbuka pada
waktu dipanasi akan merapat kembali karena terjadi pendinginan pada
waktu dicuci. Sewaktu dituangi dengan asam sulfat dan alkohol 70%
atau HCI alkohol, warna merah dari basic fuchsin pada BTA tidak akan dilepas/luntur.Bakteri
yang tidak tahan asam akan melepaskan warna merah, sehingga menjadi pucat atau
tidak bewarna. Akhirnya pada waktu dicat dengan Methylien Blue BTA tidak
mengambil warna biru dan tetap merah, sedangkan bakteri yang tidak tahan asam akan
mengambil warna biru dari Methylien Blue.
c. Cara Pengecatan Basil
Tahan Asam
Letakkan
sediaan diatas rak pewarna, kemudian tuang larutan Carbol Fuchsin sampai
menutupi seluruh sediaan. Panasi sediaan secara hati-hati diatas api selama 3
menit sampai keluar uap, tetapi jangan sampai mendidih. Biarkan
selama 5 menit (dengan memakai pinset). Cuci dengan air mengalir, tuang HCL
alkohol 3% (alcohol asam) sampai warna merah dari fuchsin hilang. Tunggu 2
menit. Cuci dengan air mengalir, tuangkan larutan Methylen Blue 0,1% tunggu
10-20 detik. Cuci dengan air mengalir, keringkan di rak pengering.
d. Cara
Melakukan Pemeriksaan
Setelah
preparat terwarnai dan kering, dilap bagian bawahnya dengan kertas tissue,
kemudian sediaan ditetesi minyak imersi dengan 1 tetes diatas
sediaan. Sediaan dibaca mikroskop dengan perbesaran kuat. Pemeriksaan dimulai
dari ujung kiri dan digeser ke kanan kemudian digeser kembali ke kiri
(pemeriksaan system benteng). Diperiksa 100 lapang pandang (kurang lebih 10
menit). Pembacaan dilakukan secara sistematika, dan setiap lapang pandang
dilihat, kuman BTA berwarna merah berbentuk batang lurus atau bengkok,
terpisah, berpasangan atau berkelompok dengan latar belakang biru.
3. Pelaporan
Hasil
Pembacaan
hasil pemeriksaan sediaan dahak dilakukan dengan menggunakan skala
International Union Against Tuberculosis (IUAT) .Pemeriksaan sputum untuk Basil
Tahan Asam biasanya dilakukan pemeriksaan terhadap sputum sewaktu, sputum pagi
dan sputum sewaktu (SPS). Hasil yang positif ditandai dengan sekurang –
kurangnya 2 dari 3 spesimen sputum sewaktu, pagi, sewaktu adalah
positif ditemukannya Basil Tahan Asam (BTA).Pemeriksaan mikrokopis BTA ini
digunakan untuk menbantu diagnosis penyakit tuberculosis. Metode yang dipakai
biasanya dengan pengecatan langsung (metode pewarnaan Ziehl Nelsen ), dan
metode penghitungan BTA dengan skala IUAT (Intrenational Union Against
Tuberculosis) yaitu dalam 100 lapang pandang tidak ditemukan BTA disebut
negatif. Ditemukan :
1. 1-9 BTA
dalam 100 lapang pandang, ditulis jumlah kuman yang ditemukan.
2. 10-99 BTA
dalam 100 lapang pandang disebut + atau (1+).
3. 1-10 BTA
dalam 1 lapang pandang, disebut ++ atau (2+).
4. > 10 BTA
dalam 1 lapang pandang, disebut +++ atau (3+).
Penulisan gradasi hasil
bacaan penting, untuk menunjuk keparahan penyakit dan tingkat penularan
penderita
2 comments
Post a Comment