Untuk menjamin
ketepatan hasil pemeriksaan, ada syarat yang harus diperhatikan sebelum
pemeriksaan seperti :
- Laboratorium :
- Puasa 10 – 12 jam untuk
pemeriksaan : Glukosa puasa, Cholesterol lengkap,Trigliserida,
Glukosa Toleransi test, C-Peptide, Lipid
Total,
APO A1, APO B
- Puasa 8 jam untuk
pemeriksaan : TAT (Aggregasi Trombosit)
- Puasa 2 jam setelah makan
: untuk pemeriksaan Glukosa 2 jam PP
- Urine 24 jam : untuk
pemeriksaan Creatinin Clearance,Esbach
- Urine segar : Pemeriksaan
Bence Jones, urine rutin, test kehamilan (sebaiknya urine
pagi)
- Tinja (Feces) : untuk
pemeriksaan feces rutin sebaiknya segar (1 jam)
- Sputum (dahak): sebaiknya
dahak pagi hari dan segar
- Pemeriksaan biakan kuman
:diperlukan pengambilan sample secara steril.
Untuk pemeriksaan laboratorium lainnya tidak perlu
puasa atau syarat khusus
-Pemeriksaan
Analisa Sperma
Syarat pemeriksaan :
- Pasien tidak coitus /
mengeluarkan sperma terakhir 3- 5 hari
- Ditampung pada wadah kaca
bersih, kering dan bebas deterjen/
- Diserahkan kurang dari 20
menit
- Pemeriksaan
Pap smear
Syarat pemeriksaan :
- Pasien tidak coitus /
berhubungan intim selama minimal 2 hari
- 1 minggu setelah bersih
dari menstruasi
No
|
Jenis
Pemeriksaan
|
Kegunaan
|
1
|
Hematologi
Rutin
|
Mengetahui
adanya kelainan darah seperti anemia (kurang darah), adanya infeksi
atau kelainan sel darah putih yang lain, alergi dan gangguan pembekuan
darah akibat kelainan jumlah trombosit.
|
2
|
Retikulosit
|
Retikulosit
merupakan eritrosit (sel darah merah) muda. Peningkatan retikulosit
menunjukkan peningkatan pembentukan sel darah merah, misalnya akibat perdarahan atau ada
peningkatan penghancuran eritrosit
|
3
|
MCV, MCH, MCHC
|
Merupakan indeks
eritrosit, menggambarkan
ukuran dan kandungan Hb dalam eritrosit -> menentukan jenis anemia
|
4
|
SI, TIBC, IBC,
% Saturasi Transferin
|
Menggambarkan status
kandungan besi dalam tubuh -> menentukan apakah ada kekurangan atau
kelebihan zat besi
|
5
|
Gambaran Darah
Tepi
|
Mengetahui
adanya kelainan morfologi eritrosit, lekosit dan trombosit ->
mengetahui jenis anemia, kelainan hemoglobin, lekosit dan trombosit
|
6
|
Waktu
Perdarahan (BT)
|
Sebagai
pemeriksaan penyaring sebelum operasi untuk mengetahui kelainan
trombosit dan dinding pembuluh darah
|
7
|
Waktu
Pembekuan (CT)
|
Sebagai
pemeriksaan penyaring sebelum operasi untuk mengetahui kelainan
pembekuan darah (kelainan faktor-faktor pembekuan darah)
|
8
|
PPT
|
Merupakan
pemeriksaan untuk mengetahui kelainan faktor pembekuan darah dan untuk
memonitor terapi antikoagulan
|
9
|
APTT
|
Merupakan
pemeriksaan untuk mengetahui kelainan faktor pembekuan darah dan untuk
memonitor terapi antikoagulan
|
10
|
Fibrinogen
|
Fibrinogen
merupakan faktor pembekuan darah (Faktor I), dihasilkan oleh hati.
Pemeriksaan Fibrinogen berguna untuk mengetahui adanya kelainan
pembekuan darah, mengetahui adanya risiko terjadinya pembekuan darah
(peningkatan kadar fibrinogen berarti ada peningkatan risiko pembekuan
darah -> peningkatan risiko terjadinya Penyakit Jantung Koroner dan
Stroke), dan
mengetahui adanya gangguan fungsi hati
|
11
|
Tes Agregasi
Trombosit (TAT)
|
Agregasi
trombosit adalah kecenderungan trombosit untuk menempel satu sama lain
membentuk bekuan darah. TAT berguna untuk mengetahui kelainan kualitas
trombosit (yang menimbulkan gangguan agregasi) dan memonitor terapi
(misanya pemberian aspirin). Hiperagregasi berarti peningkatan
kecenderungan trombosit membentuk agregasi -> meningkatkan
risiko stroke dan PJK. Hipoagregasi berarti trombosit “malas” membentuk
bekuan -> meningkatkan risiko perdarahan
|
12
|
Viskositas
Darah
|
Untuk
mengetahui kekentalan plasma
|
13
|
Hb-elektroforesis
|
Untuk
mengetahui adanya variasi atau kelainan hemoglobin, seperti Thalassemia
atau hemoglobinopati
|
14
|
HbF
|
HbF adalah
jenis Hb yang dimiliki oleh janin. Setelah bayi lahir, HbF digantikan
oleh HbA (Hb dewasa). Pemeriksaan HbF digunakan untuk mengetahui adanya kelainan
hemoglobin, misalnya Thalassemia (% HbF meningkat)
|
15
|
Hitung
Eosinofil
|
Eosinofil
merupakan sel darah yang berperan pada proses alergi, infeksi parasit
-> pemeriksaan Hitung Eosinofil bertujuan untuk mengetahui adanya
proses alergi/ hipersensitifitas atau infeksi parasit misalnya cacing
(penyakit2 tsb tidak selalu disertai peningkatan jumlah eosinofil)
|
16
|
Mikrofilaria
|
Filaria
merupakan parasit yang ditularkan oleh nyamuk, merupakan penyebab
penyakit Kaki Gajah. Pemeriksaan microfilaria menggunakan sediaan apus
darah, darah diambil pada tengah malam atau menjelang dini hari (karena
hanya pada saat itulah parasit filarial berada di darah tepi)
|
17
|
Malaria
|
Pemeriksaan
malaria menggunakan sediaan apus darah, darah diambil pada waktu puncak
panas/ menggigil, karena pada saat itulah terjadi parasitemia (parasit
malaria berada di darah tepi)
|
18
|
Hitung CD4 dan
CD8
|
CD4 dan CD8
merupakan jenis limfosit. CD4 dan CD8 merupakan sel target dari virus
HIV, sehingga jumlahnya bisa menurun pada infeksi HIV. Penurunan jumlah
CD4 dan CD8 berarti terjadi penurunan daya tahan tubuh, sehingga pasien
sangat rentan terhadap berbagai infeksi. Pemeriksaan bertujuan untuk
mengetahui jumlah absolute limfosit CD4 dan CD8 (misalnya memonitor
perjalanan penyakit infeksi HIV/ AIDS atau memonitor terapi antivirus)
|
No
|
Jenis
Pemeriksaan
|
Kegunaan
|
1
|
Glukosa
(Sewaktu, Puasa & 2 Jam PP)
|
Untuk
mengetahui kadar glukosa darah -> membantu menentukan terapi pada
pasien diabetes
|
2
|
HbA1c
|
HbA1c
merupakan hemoglobin yang mengalami perubahan struktur kimiawi akibat
terpapar dengan kadar glukosa darah yang tinggi dalam waktu lama (± 120
hari, sesuai umur sel darah merah)-> kadar HbA1c tinggi menunjukkan
bahwa kadar glukosa darah pasien (selalu) tinggi, meskipun kadar
glukosa darah sewaktu/ puasa dalam batas normal. Pemeriksaan HbA1c
merupakan alat ukur kepatuhan pasien diabetes terhadap diet dan
pengobatan serta memonitor keberhasilan terapi diabetes.
|
3
|
Cholesterol
Total, trigliserida, HDL, LDL
|
Untuk
mengetahui profil lemak pasien -> membantu menetukan terapi,
memantau terapi, menentukan faktor risiko PJK dan Stroke
|
4
|
LDL kolesterol
direk
|
Pengukuran LDL
secara langsung (tidak menggunakan rumus)
|
5
|
Apo B
|
Merupakan
factor risiko PJK dan stroke. Diperlukan untuk menghitung Small
dense-LDL (Small dense-LDL = LDL direk dibagi Apo B)
|
6
|
Lp(a)
|
Merupakan
factor risiko stroke
|
7
|
Small
dense-LDL
|
Merupakan
factor risiko PJK dan stroke
|
8
|
Ureum/ BUN
|
Untuk
mengetahui fungsi ginjal
|
9
|
Kreatinin
|
Untuk
mengetahui fungsi ginjal
|
10
|
Kreatinin
Klirens
|
Untuk
mengetahui fungsi ginjal (kemampuan ginjal untuk membersihkan kreatinin
dari dalam darah).
1.
Bahan : urin tampung 24 jam, seluruh urin dibawa ke
laboratorium
2.
Pasien harus cukup minum (minimal 8 gelas sehari)
3.
BB dan TB pasien diukur
|
11
|
Asam Urat
|
Untuk
mengetahui adanya penyakit Gout Arthritis (nyeri sendi karena tingginya
kadar asam urat)
|
12
|
Lipase
|
Untuk
mengetahui kadar enzim Lipase, yaitu enzim yang membantu pencernaan
lemak -> untuk membantu diagnosis kelainan pancreas dan gangguan
pencernaan (misalnya radang atau tumor pada pancreas)
|
13
|
Amilase
|
Untuk
mengetahui kadar enzim Amilase, yaitu enzim yang membantu pencernaan
karbohidrat -> untuk membantu diagnosis kelainan pancreas dan
gangguan pencernaan (misalnya radang atau tumor pada pancreas)
|
14
|
LDH
|
Untuk
mengetahui adanya “late infark” (infark miokard/ serangan jantung) yang
sudah terjadi >72 jam sebelumnya; untuk membantu mengetahui adanya
proses hemolitik/ pemecahan sel darah merah.
|
15
|
µ-HBDH
|
Merupakan
bagian/ fraksi dari enzim LDH
|
16
|
CPK
|
Merupakan
enzim yang terdapat di dalam sel otot serat lintang (otot rangka dan
otot jantung) -> Peningkatan kadar CPK berarti ada kelainan pada
otot rangka (radang otot, kanker) atau otot jantung (serangan jantung)
|
17
|
CK-MB
|
Merupakan
isoenzim dari CPK yang hanya terdapat di otot jantung -> lebih
spesifik untuk membantu menegakkan adaya kerusakan pada otot jantung,
misalnya karena serangan jantung (infark miokard)
|
18
|
Homosistein
|
Merupakan
petanda adanya gangguan fungsi sel endotel (sel yang melapisi dinding
pembuluh darah bagian dalam) -> merupakan factor risiko PJK dan
stroke
|
19
|
Natrium
|
1.
Merupakan panel elektrolit/ mineral darah, yang
berfungsi mengatur derajat keasaman (pH) darah, berperan dalam hantaran
syaraf, kontraksi otot rangka, kontraksi otot jantung, pembekuan darah,
pembentukan tulang dan gigi
2.
Mengetahui fungsi ginjal
|
20
|
Kalium
|
21
|
Klorida
|
22
|
Kalsium
|
23
|
Magnesium
|
24
|
Fosfor
Anorganik
|
25
|
Analisa Gas
Darah
|
Untuk
mengetahui derajat keasaman darah (apakah ada kelebihan asam/ asidosis
atau kelebihan basa/ alkalosis), kadar oksigen dan karbondioksida,
|
26
|
SGOT
|
Untuk
mengetahui fungsi hati -> membantu mendiagnosis kelainan hati
|
27
|
SPGT
|
Untuk
mengetahui fungsi hati -> membantu mendiagnosis kelainan hati
|
28
|
Bilirubin
|
Merupakan zat
warna kuning yang dihasilkan oleh empedu. Bila terjadi peningkatan
kadar bilirubin, kulit akan menjadi kekuningan. Peningkatan kadar
bilirubin bisa terjadi karena penyakit hati dan empedu (karena radang/
infeksi, sumbatan batu, tumor) atau pemecahan sel darah merah yang
berlebihan.
|
29
|
Protein Total
|
Untuk
mengetahui apakah seorang pasien menderita malnutrisi/ kekurangan
protein; untuk mengetahui fungsi hati (hati merupakan organ yang
menghasilkan protein).
|
30
|
Albumim
|
Albumin
merupakan protein yang berperan penting untuk menahan cairan supaya
tetap berada di dalam pembuluh darah. Bila kadar albumin berkurang,
cairan dari dalam pembuluh darah akan keluar menuju jaringan,
mengakibatkan bengkak. Kekurangan albumin dapat terjadi pada penyakit
hati (misalnya sirosis), kekurangan gizi, kebocoran di ginjal (misalnya
sindrom nefrotik).
|
31
|
Globulin
|
Merupakan
jenis protein yang dihasilkan oleh sel limfosit, berfungsi untuk
kekebalan. Penurunan kadarnya berarti terdapat gangguan kekebalan
tubuh. Peningkatan kadar globulin terjadi pada infeksi, penyakit hati
dan beberapa jenis keganasan.
|
32
|
Cholinesterase
(CHE)
|
Merupakan
enzim hati yang dipergunakan untuk membantu menentukan apakah fungsi
sintesis dari hati masih baik atau tidak. Bila kadar CHE menurun,
berarti ada gangguan fungsi hati.
|
33
|
Alkali
Fosfatase (ALP)
|
Merupakan
enzim yang dihasilkan oleh hati, saluran empedu dan tulang. Peningkatan
kadarnya berarti kemungkinan ada kelainan (radang, infeksi, batu,
tumor) pada hati dan saluran empedu.
|
34
|
Gamma-GT
|
Merupakan
enzim yang dihasilkan oleh hati dan saluran empedu. Peningkatan
kadarnya berarti kemungkinan ada kelainan (radang, infeksi, batu,
tumor) pada hati dan saluran empedu.
|
35
|
Protein
Electrophoresis (SPE)
|
Merupakan tes
untuk mengetahui proporsi (%) fraksi-fraksi protein dalam darah
(albumin, a1- dan a2-globulin, b-globulin, dan g-globulin. Perubahan
kadar fraksi-fraksi protein tersebut dapat membantu menegakkan
diagnosis penyakit.
|
No
|
Jenis
Pemeriksaan
|
Kegunaan
|
1
|
Feritin
|
Mengetahui
cadangan besi dalam tubuh
|
2
|
IgE Total
|
IgE adalah
antibody yang terbentuk selama reaksi alergi (makanan, obat atau
allergen lain), asma atau infeksi cacing -> untuk mengetahui adanya
proses alergi atau infeksi parasit
|
3
|
CRP
|
C-Reactive
Protein (CRP) merupakan protein yang terbentuk sebagai respon adanya
kerusakan jaringan karena peradangan (inflamasi), infeksi atau
keganasan.
|
|
hs-CRP
|
hs-CRP
merupakan CRP pada kadar sangat rendah (<6 mg/dL; lebih rendah dari
metode pemeriksaan CRP biasa). hs-CRP merupakan faktor risiko penyakit
jantung koroner, membantu menegakkan diagnosis sepsis pada bayi baru
lahir.
|
4
|
ASTO
|
ASTO merupakan
singkatan dari Anti Streptolysin O -> merupakan racun yang
dihasilkan oleh bakteri Streptokokus -> dipergunakan untuk
mengetahui infeksi oleh bakteri Streptokokus
|
5
|
Rheumatoid
Faktor (RF)
|
Untuk
mengetahui adanya penyakit rematik (arthritis rheumatoid)
|
6
|
ANA (Anti
Nuclear Antibody)
|
Merupakan pemeriksaan
penyaring adanya penyakit2 autoimun (antibody tubuh yang menyerang sel-sel
tubuh sendiri karena antibody tersebut “salah mengenali” sel-sel tubuh
yang normal sebagai benda asing yang harus dihancurkan), misalnya SLE
(Lupus) dll
|
7
|
Sel LE
|
Merupakan
pemeriksaan penyaring adanya penyakit autoimun seperti Lupus.
Sensitivitas pemeriksaan ini rendah (kemungkinan hasil negative palsu
cukup besar -> hasil tes negative belum menyingkirkan kemungkinan
adanya penyakit)
|
No
|
Jenis
Pemeriksaan
|
Kegunaan
|
1
|
HBsAg
|
Untuk
mengetahui adanya infeksi virus Hepatitis B. Jika HBsAg positif ->
terinfeksi virus hepatitis B. Jika HBsAg positif selama lebih dari 6
bulan, berarti pasien menderita Hepatitis B kronis -> disarankan
untuk rutin memeriksakan fungsi hati (SGOT, SGPT, Protein Total,
Albumin, AFP) paling tidak 6 bulan – 1 tahun sekali
|
2
|
Anti HBs
|
Untuk
mengetahui adanya antibody/ zat kekebalan terhadap virus Hepatitis B.
1.
Pada penderita Hepatitis B, anti HBs positif merupakan
petanda kesembuhan.
2.
Pada pasien yang belum/ sudah mendapatkan vaksinasi
Hepatitis B, jika anti HBs positif berarti pasien sudah mempunyai
kekebalan terhadap infeksi virus Hepatitis B. Disarankan untuk rutin
memeriksakan kadar anti HBs, jika kadar anti HBs menurun, perlu
diberikan vaksinasi ulang.
3.
Jika HBsAg dan anti HBs negative -> pasien belum
pernah terinfeksi dan belum mempunyai kekebalan terhadap infeksi
hepatitis B -> disarankan untuk vaksinasi
|
3
|
Anti HBC
|
Untuk
mengetahui adanya antibody terhadap inti (core) virus Hepatitis B ->
merupakan petanda adanya infeksi hepatitis B. Disarankan untuk
diperiksa bila HBsAg positif.
|
4
|
HBeAg
|
Merupakan
petanda replikasi (pembelahan virus). Disarankan untuk diperiksa bila
HBsAg positif. Bila HBeAg positif berarti penderita masih infeksius
(berpotensi menularkan virus Hepatitis B)
|
5
|
Anti HBe
|
Merupakan
petanda kesembuhan pada infeksi hepatitis B. Disarankan untuk diperiksa
bila HBsAg positif. Meskipun HBsAg positif, tapi anti HBenya positif
-> berarti pasien mulai sembuh.
|
6
|
HBV DNA
|
Untuk
mengetahui jumlah virus hepatitis B yang masih hidup -> dipergunakan
untuk memantau perjalanan penyakit dan terapi hepatitis B.
|
7
|
Anti HCV
|
Untuk
mengetahui adanya antibody terhadap virus Hepatitis C. Anti HCV positif
berarti pasien menderita Hepatitis C.
|
8
|
HCV RNA
|
Untuk
mengetahui jumlah virus hepatitis C yang masih hidup -> dipergunakan
untuk memantau perjalanan penyakit dan terapi hepatitis C.
|
9
|
Anti HAV/ IgM
Anti HAV
|
Untuk
mengetahui adanya antibody terhadap virus Hepatitis A. Anti
|
10
|
Widal
|
Untuk
mengetahui adanya antibody terhadap kuman Salmonella typhi dan
paratyphi yang merupakan penyebab demam tifoid/ tifus.
|
11
|
Anti TB IgG
|
Untuk
mengetahui adanya antibody terhadap bakteri Mycobacterium tuberculosae
yang merupakan penyebab TBC -> membantu diagnosis TBC, terutama pada
anak
|
12
|
Seramoeba
|
Untuk
mengetahui adanya antibody terhadap infeksi amuba. Amuba adalah parasit
yang menginfeksi usus, mengakibatkan diare dengan lendir dan darah
(amubiasis) serta abses hati
|
13
|
Anti HIV
|
Untuk
mengetahui adanya antibody terhadap infeksi virus HIV -> membantu
diagnosis infeksi HIV
|
14
|
Anti Dengue
IgM dan IgG
|
Untuk
mengetahui adanya infeksi virus Dengue penyebab demam dengue/ demam
berdarah
|
15
|
Anti H. pylori
|
Untuk
mengetahui adanya antibody terhadap bakteri Helycobacter pylori
penyebab infeksi lambung
|
16
|
Anti
Toxoplasma IgM
|
Untuk
mengetahui adanya infeksi akut dari Toxoplasma gondii.
|
17
|
Anti
Toxoplasma IgG
|
Merupakan
petanda adanya kekebalan terhadap infeksi Toxoplasma gondii.
|
18
|
Avidity Anti
Toxoplasma IgG
|
Disarankan
untuk diperiksa kalau IgM dan IgG anti Toxoplasma positif. Diperlukan
untuk membedakan kapan kira-kira infeksi terjadi dan untuk mengetahui
kematangan antibody (bila aviditas tinggi -> antibody telah cukup
matang dan mempunyai efek perlindungan)
|
19
|
Anti CMV IgM
|
Untuk
mengetahui adanya infeksi akut dari CMV (Cytomegalovirus)
|
20
|
Anti CMV IgG
|
Merupakan
petanda adanya kekebalan terhadap infeksi CMV (Cytomegalovirus).
|
21
|
Avidity Anti
CMV IgG
|
Disarankan
untuk diperiksa kalau IgM dan IgG anti CMV positif. Diperlukan untuk
membedakan kapan kira-kira infeksi terjadi dan untuk mengetahui
kematangan antibody (bila aviditas tinggi -> antibody telah cukup
matang dan mempunyai efek perlindungan)
|
22
|
Anti Rubella
IgM
|
Untuk
mengetahui adanya infeksi akut dari Virus Rubella
|
23
|
Anti Rubella
IgG
|
Merupakan
petanda adanya kekebalan terhadap infeksi Rubella
|
24
|
Anti HSV1 IgM
|
Untuk
mengetahui adanya infeksi akut dari Virus Herpes Simpleks tipe 1
|
25
|
Anti HSV1 IgG
|
Merupakan
petanda adanya kekebalan terhadap infeksi Virus Herpes Simpleks tipe 1
|
26
|
Anti HSV2 IgM
|
Untuk
mengetahui adanya infeksi akut dari Virus Herpes Simpleks tipe 2
|
27
|
Anti HSV2 IgG
|
Merupakan
petanda adanya kekebalan terhadap infeksi Virus Herpes Simpleks tipe 2
|
28
|
VDRL
|
VDRL singkatan
dari Venereal Disease Research Laboratory, merupakan tes skrining/ penapis untuk
mengetahui adanya penyakit sifilis -> spesifisitas kurang
dibandingkan TPHA
|
29
|
TPHA
|
TPHA
kepanjangan dari Treponema Pallidum Hemaglutination Assay, merupakan tes untuk mendeteksi
adanya infeksi Treponema Pallidum, bakteri penyebab sifilis.
|
Petanda Tumor (Tumor Marker)
No
|
Jenis
Pemeriksaan
|
Kegunaan
|
1
|
AFP (Alfa Feto
Protein)
|
Merupakan
petanda tumor untuk hati dan tumor-tumor germinal
|
2
|
CEA
(Carcino-Embronic Antigen)
|
Merupakan
petanda tumor untuk usus dan payudara
|
3
|
CA 19-9
|
Merupakan
petanda tumor untuk pankreas
|
4
|
CA 125
|
Merupakan
petanda tumor untuk ovarium
|
5
|
CA 15-3
|
Merupakan
petanda tumor untuk payudara
|
6
|
PSA (Prostate
Specific Antigen)
|
Merupakan
petanda tumor untuk prostat
|
7
|
PAP (Prostate
Acid Phosphatase)
|
Merupakan
petanda tumor untuk prostat
|
8
|
b-HCG (Human
Chorionic Gonadotropin)
|
Merupakan
petanda tumor untuk mola hydatidosa (hamil anggur) dan choriocarcinoma
(kanker yang disebabkan oleh mola hydatidosa). Sering dipergunakan
untuk memantau terapi kuretase mola.
|
9
|
NSE (Neuron
Specific Enolase)
|
Merupakan
petanda tumor untuk kanker paru
|
10
|
SCC (Small
Cell Carcinoma)
|
Merupakan
petanda tumor untuk kanker paru
|
No
|
Jenis
Pemeriksaan
|
Kegunaan
|
1
|
Free T3
|
T3
(Triiodotironin) adalah precursor/ prohormon tiroid/ hormone tiroid
yang belum aktif. Free T3 adalah T3 yang berada dalam bentuk bebas
(tidak berikatan dengan protein).
|
2
|
Free T4
|
T4 (Tiroksin)
adalah hormone tiroid aktif. Free T4 adalah T4 yang berada dalam bentuk
bebas (tidak berikatan dengan protein).
|
3
|
T3 Total
|
Merupakan
kadar T3 total(bentuk bebas dan bentuk yang terikat pada protein
plasma). Kadar T3 total dipengaruhi oleh banyak faktor, misalnya kadar
protein plasma, obat-obatan, penyakit yang diderita pasien dll.
|
4
|
T4 Total
|
Merupakan
kadar T4 total(bentuk bebas dan bentuk yang terikat pada protein
plasma). Kadar T4 total dipengaruhi oleh banyak faktor, misalnya kadar
protein plasma, obat-obatan, penyakit yang diderita pasien dll.
|
5
|
TSHS
|
Untuk
mengetahui kadar hormone TSH (Thyroid Stimulating Hormone), yaitu
hormone yang dihasilkan hipofisis yang berfungsi merangsang kelenjar
tiroid/ kelenjar gondok. Pemeriksaan FT3, FT4, T3 total, T4 total dan
TSH dipergunakan untuk membantu menegakkan diagnosis kelainan kelenjar
gondok (hipotiroid, hipertiroid) dan memantau terapi.
|
6
|
LH
|
Merupakan
hormon-hormon kesuburan -> Diperiksa untuk mengetahui adanya
gangguan kesuburan dan gangguan pematangan organ seks (ovarium dan
testis)
|
7
|
Prolaktin
|
8
|
Estradiol
|
9
|
Progesteron
|
10
|
Testosteron
|
No
|
Jenis
Pemeriksaan
|
Kegunaan
|
1
|
Urin Rutin
|
Untuk membantu
mendiagnosis adanya infeksi saluran kencing (karena bakteri, parasit,
jamur), batu saluran kencing
|
2
|
Bence Jones
|
Bence Jones
Protein adalah protein yang dihasilkan oleh sel plasma yang mengalami
pembelahan yang tidak terkendali (keganasan sel plasma, misalnya
mieloma multiple)
|
3
|
Esbach
|
Bertujuan
untuk mengetahui fungsi ginjal dan mengetahui jumlah kehilangan protein
melalui ginjal.
- Bahan : urin tampung 24 jam
|
4
|
Mikroalbumin
urin
|
Mikroalbumin
adalah adanya albumin (dalam urin) dalam kadar yang lebih rendah
(20-200 mg/L). Adanya mikroalbumin dalam urin merupakan petanda
kebocoran ginjal (setelah menyingkirkan penyebab-penyebab albuminuria
yang lain). Sebelum dilakukan pemeriksaan mikroalbumin, dilakukan
skrining protein urin lebih dahulu. Jika protein urin (+), pemeriksaan
mikroalbumin ditunda dulu, sampai penyebab proteinuria teratasi.
|
5
|
Analisa Sperma
|
Untuk
mengetahui kelainan-kelainan pada sperma (jumlah, gerakan, morfologi/
bentuk spermatozoa, viabilitas/ kemampuan hidup spermatozoa, adanya
infeksi, derajat keasaman)
|
6
|
Analisa Batu
|
Bahan : batu
ginjal, batu ureter, batu kandung kencing, batu empedu
Untuk mengetahui komposisi kimia batu, sehingga membantu menentukan
terapi yang harus diberikan.
|
7
|
Feses Rutin
|
Untuk membantu
menegakkan diagnosis penyebab diare (bakteri, parasit amuba, jamur,
alergi/ intoleransi lemak, protein dan karbohidrat)
|
8
|
Hematest
Feses/ Darah Samar
|
Untuk
mengetahui adanya darah dalam feses -> membantu mendiagnosis
perdarahan usus karena infeksi, tumor atau kanker; untuk membantu
dokter melacak perdarahan.
|
9
|
Residu
Karbohidrat Feses
|
Untuk
mengetahui adanya sisa karbohidrat yang tidak tercerna oleh usus. Normal
: usus bisa mencerna karbohidrat dengan baik sehingga tidak ada sisa
karbohidrat dalam feses. Bila ada kelainan enzim yang berperan mencerna
karbohidrat, dalam feses akan terdapat sisa karbohidrat yang tidak
tercerna. Misalnya : pada bayi dengan Intoleransi
Laktosa di mana
terdapat kelainan selaput lendir usus (kekurangan enzim lactase yang
berguna untuk mencernakan laktosa), dalam fesesnya akan terdapat
residu/ sisa laktosa.
|
10
|
Sudan III
|
Untuk mengetahui
adanya sisa lemak yang tidak tercerna oleh usus. Normal
: usus bisa mencerna lemak dengan baik sehingga tidak ada sisa lemak
dalam feses. Bila ada kelainan enzim yang berperan mencerna lemak atau
ada sumbatan saluran empedu, dalam feses akan terdapat sisa lemak yang
tidak tercerna.
|
11
|
Sekret Vagina/
Uretra
|
Pada wanita :
sekret yang diambil berasal dari daerah portio/ mulut rahim, kecuali
pasien masih gadis.
|
|
- GO
|
Untuk
mengetahui adanya infeksi karena kuman Neisseria gonorrheae (penyebab
kencing nanah)
|
|
- Candida
Albicans
|
Untuk
mengetahui adanya infeksi karena jamur (Candida Albicans)
|
|
- Trichomonas
|
Untuk
mengetahui adanya infeksi karena parasit Trichomonas
|
|
- Preparat
Gram
|
Untuk
mengetahui jenis bakteri penyebab infeksi
|
12
|
Sputum
|
|
|
- BTA
|
Untuk
mengetahui adanya infeksi karena bakteri Mycobacterium tuberculosis
(penyebab TBC). Untuk meningkatkan kemungkinan penemuan kuman,
disarankan untuk memeriksa BTA sebanyak 3 kali (sputum sewaktu, pagi,
sewaktu). Sampel harus berupa sputum, BUKAN SALIVA (AIR LIUR). Bila
sample encer dan berbuih --. Kemungkinan adalah air liur -> minta
sample ulang, sebelumnya pasien disuruh minum air putih hangat dulu.
|
|
- Gram
|
Untuk
mengetahui jenis bakteri penyebab infeksi pada saluran nafas
|
13
|
Pemeriksaan
LCS (Liquor Cerebrospinalis/ Cairan Otak)
|
Bahan : LCS
Pemeriksaan meliputi : glukosa, protein, Nonne-Pandy, jumlah sel,
hitung jenis
|
16
|
Pemeriksaan
Transudat/ Eksudat
|
Tujuan : membedakan apakah suatu cairan tubuh merupakan
TRANSUDAT (disebabkan oleh proses selain infeksi, misalnya peningkatan
tekanan dalam pembuluh darah, sumbatan, peradangan) atau EKSUDAT
(produk infeksi, biasanya disebabkan bakteri).
Bahan : Pus, cairan ascites (cairan dari rongga perut), cairan pleura
(cairan dari rongga dada), LCS (cairan otak), cairan sendi.
Pemeriksaan
meliputi : glukosa, protein total, Rivalta, jumlah sel, hitung jenis
sel, LDH (tergantung permintaan).
|
17
|
Kultur-Resistensi
|
Untuk mengetahui kuman penyebab infeksi dan jenis
antibiotic yang paling efektif yang masih dapat diberikan pada pasien.
Bahan : darah,
urin, sputum, LCS, pus, feses, cairan tubuh lain (cairan ascites,
pleura, sendi)
|
|
0 comments
Post a Comment