KANDIDIASIS
A. DEFINISI
Kandidiasis adalah penyakit jamur yang bersifat akut atau subakut
disebabkan oleh spesies Candida,
biasanya oleh Candida albicans dan dapat mengenai mulut, vagina,
kulit, kuku, bronki, atau paru, kadang-kadang dapat menyebabkan septikemia, endokarditis, atau
meningitis .1,2
B. SINONIM :
Kandidiasis adalah sebuah
penyakit dimana sering juga disebut sebagai:
§ Candidosis
§ Moniliasis
§ Oidiomycosis
§ Trush 1,3,4,5
C. KLASIFIKASI
Berdasarkan tempat yang terkena, kandidiasis dibagi sebagai berikut:
1. Kandidosis selaput lendir :
a. Kandidosis oral (thrush)
b. Perleche
c. Vulvovaginitis
d. Balanitis atau
balanopostitis
e. Kandidosis
mukokutan kronik
f. Kandidosis
bronkopulmonar dan paru
2. Kandidosis
kutis :
a. Lokalisata :
1). daerah intertriginosa.
2). daerah perianal
b. Generalisata
c. Paronikia dan onikomikosis
d. Kandidiasis kutis granulomatosa.
3. Kandidosis sistemik :
a. Endokarditis
b. Meningitis
c. Pielonefritis
d. Septikemia
4. Reaksi
id (kandidid). 1
D. EPIDEMIOLOGI
Penyakit ini
ditemukan di seluruh dunia, dapat menyerang semua umur, baik laki-laki maupun
perempuan. Hubungan ras dengan penyakit ini tidak jelas tetapi insiden diduga
lebih tinggi di negara berkembang. Penyakit ini lebih banyak terjadi pada
daerah tropis dengan kelembaban udara yang tinggi dan pada musim hujan
sehubungan dengan daerah-daerah yang tergenang air.1,6
E. ETIOLOGI
Yang tersering
sebagai penyebab adalah Candida
albicans. Spesies patogenik yang lainnya adalah C. tropicalis C. parapsilosis, C.
guilliermondii C. krusei, C. pseudotropicalis, C. lusitaneae. 1,5
Genus Candida adalah grup heterogen yang terdiri dari 200
spesies jamur. Sebagian besar dari spesies candida tersebut patogen
oportunistik pada manusia, walaupun mayoritas dari spesies tersebut tidak
menginfeksi manusia. C.
albicans adalah jamur
dimorfik yang memungkinkan untuk terjadinya 70-80% dari semua infeksi candida,
sehingga merupakan penyebab tersering dari candidiasis superfisial dan
sistemik.5
F. PATOGENESIS
Kelainan yang
disebabkan oleh spesies kandida ditentukan oleh interaksi yang komplek antara
patogenitas fungi dan mekanisme pertahanan pejamu.11,12 Faktor penentu patogenitas kandida
adalah :
1. Spesies : Genus
kandida mempunyai 200 spesies, 15 spesies dilaporkan dapat menyebabkan proses
pathogen pada manusia. C.
albicans adalah kandida yang
paling tinggi patogenitasnya.
2. Daya lekat : Bentuk hifa dapat melekat lebih kuat daripadagermtube,
sedang germtube melekat lebih kuat daripada sel ragi.
Bagian terpenting untuk melekat adalah suatu glikoprotein permukaan atau
mannoprotein. Daya lekat juga dipengaruhi oleh suhu lingkungan.
3. Dimorfisme : C. albicans merupakan jamur dimorfik yang mampu
tumbuh dalam kultur sebagai blastospora dan sebagai pseudohifa. Dimorfisme
terlibat dalam patogenitas kandida. Bentuk blastospora diperlukan untuk memulai
suatu lesi pada jaringan dengan mengeluarkan enzim hidrolitik yang merusak
jaringan. Setelah terjadi
lesi baru terbentuk hifa yang melakukan invasi.
4. Toksin : Toksin
glikoprotein mengandung mannan sebagai komponen toksik. Glikoprotein khususnya
mannoprotein berperan sebagai adhesion dalam kolonisasi jamur. Kanditoksin
sebagai protein intraseluler diproduksi bila C.
albicans dirusak secara
mekanik.
5. Enzim : Enzim
diperlukan untuk melakukan invasi. Enzim yang dihasilkan oleh C. albicans ada 2 jenis yaitu proteinase dan
fosfolipid.
Mekanisme pertahanan pejamu :
1. Sawar mekanik :
Kulit normal sebagai sawar mekanik terhadap invasi kandida. Kerusakan mekanik
pertahanan kulit normal merupakan faktor predisposisi terjadinya kandidiasis.
2. Substansi
antimikrobial non spesifik : Hampir semua hasil sekresi dan cairan dalam
mamalia mengandung substansi yang bekerja secara non spesifik menghambat atau
membunuh mikroba.
3. Fagositosis dan intracellular killing : Peran sel PMN dan makrofag
jaringan untuk memakan dan membunuh spesies kandida merupakan mekanisme yang
sangat penting untuk menghilangkan atau memusnahkan sel jamur. Sel ragi
merupakan bentuk kandida yang siap difagosit oleh granulosit. Sedangkan
pseudohifa karena ukurannya, susah difagosit. Granulosit dapat juga membunuh
elemen miselium kandida. Makrofag berperan dalam melawan kandida melalui
pembunuhan intraseluler melalui system mieloperoksidase (MPO).
4. Respon imun
spesifik : imunitas seluler memegang peranan dalam pertahanan melawan infeksi
kandida. Terbukti dengan ditemukannya defek spesifik imunitas seluler pada
penderita kandidiasi mukokutan kronik, pengobatan imunosupresif dan penderita
dengan infeksi HIV. Sistem imunitas humoral kurang berperan, bahkan terdapat
fakta yang memperlihatkan titer antibodi antikandida yang tinggi dapat
menghambat fagositosis.14,12,13
þ Mekanisme imun
seluler dan humoral : tahap pertama timbulnya kandidiasis kulit adalah
menempelnya kandida pada sel epitel disebabkan adanya interaksi antara glikoprotein permukaan kandida dengan sel
epitel. Kemudian kandida mengeluarkan zat keratinolitik (fosfolipase), yang
menghidrolisis fosfolipid membran sel epitel. Bentuk pseudohifa kandida juga
mempermudah invasi jamur ke jaringan. Dalam jaringan kandida mengeluarkan
faktor kemotaktik neutrofil yang akan menimbulkan reaksi radang akut. Lapisan
luar kandida mengandung mannoprotein yang bersifat antigenik sehingga akan
mengaktifasi komplemen dan merangsang terbentuknya imunoglobulin. Imunoglobulin
ini akan membentuk kompleks antigen-antibobi di permukaan sel kandida, yang
dapat melindungi kandida dari fungsi imunitas tuan rumah. Selain itu kandida
juga akan mengeluarkan zat toksik terhadap netrofil dan fagosit lain.
þ Mekanisme non
imun : interaksi antara kandida dengan flora normal kulit lainnya akan
mengakibatkan persaingan dalam mendapatkan nutrisi seperti glukosa.14
Menempelnya
mikroorganisme dalam jaringan sel pejamu menjadi syarat mutlak untuk
berkembangnya infeksi.Secara umum diketahui bahwa interaksi antara mikroorganisme dan
sel pejamu diperantarai oleh komponen spesifik dari dinding sel mikroorganisme,
adhesin dan reseptor. Manan dan manoprotein merupakan molekul-molekul Candida albicans yang mempunyai aktifitas adhesif.
Khitin, komponen kecil yang terdapat pada dinding sel Candida albicans juga berperan dalam aktifitas adhesif.
Pada umumnya Candida albicans berada dalam tubuh manusia sebagai
saproba dan infeksi baru terjadi bila terdapat faktor predisposisi pada tubuh
pejamu.7
Faktor predisposisi terjadinya infeksi
ini meliputi faktor endogen maupun eksogen, antara lain :
1. Faktor endogen :
a. Perubahan
fisiologik
1) Kehamilan,
karena perubahan pH dalam vagina
2) Kegemukan,
karena banyak keringat
3) Debilitas
4) Iatrogenik
5) Endokrinopati,
gangguan gula darah kulit
6) Penyakit kronik
: tuberkulosis, lupus eritematosus dengan keadaan umum yang buruk.
b. Umur : orang
tua dan bayi lebih sering terkena infeksi karena status imunologiknya tidak
sempurna.
c. Imunologik :
penyakit genetik.
2. Faktor eksogen :
a. Iklim, panas, dan kelembaban menyebabkan perspirasi meningkat
b. Kebersihan kulit
c. Kebiasaan berendam kaki dalam air yang terlalu lama menimbulkan
maserasi dan memudahkan masuknya jamur.
d. Kontak dengan
penderita, misalnya pada thrush,
balanopostitis. 1
Faktor predisposisi berperan dalam meningkatkan
pertumbuhan Candida albicans serta memudahkan invasi jamur ke dalam jaringan
tubuh manusia karena adanya perubahan dalam sistem pertahanan tubuh.
Blastospora berkembang menjadi hifa semu dan tekanan dari hifa semu tersebut
merusak jaringan, sehingga invasi ke dalam jaringan dapat terjadi. Virulensi
ditentukan oleh kemampuan jamur tersebut merusak jaringan serta invasi ke dalam
jaringan. Enzim-enzim yang berperan sebagai faktor virulensi adalah enzim-enzim
hidrolitik seperti proteinase, lipase dan fosfolipase. 7
Pada manusia, Candida
albicans sering ditemukan di dalam mulut, feses, kulit dan di bawah kuku orang
sehat. Candida albicans dapat membentuk blastospora dan hifa, baik dalam biakan
maupun dalam tubuh. Bentuk jamur di dalam tubuh dianggap dapat dihubungkan
dengan sifat jamur, yaitu sebagai saproba tanpa menyebabkan kelainan atau
sebagai parasit patogen yang menyebabkan kelainan dalam jaringan. Penyelidikan
lebih lanjut membuktikan bahwa sifat patogenitas tidak berhubungan dengan
ditemukannya Candida albicans dalam bentuk blastospora atau hifa di dalam
jaringan. Terjadinya kedua bentuk tersebut dipengaruhi oleh tersedianya
nutrisi, yang dapat ditunjukkan pada suatu percobaan di luar tubuh. Pada
keadaan yang menghambat pembentukan tunas dengan bebas, tetapi yang masih
memungkinkan jamur tumbuh, maka dibentuk hifa. Rippon (1974) mengemukakan bahwa
bentuk blastospora diperlukan untuk memulai suatu lesi pada jaringan. Sesudah
terjadi lesi, dibentuk hifa yang melakukan invasi. Dengan proses tersebut
terjadilah reaksi radang. Pada kandidosis akut biasanya hanya terdapat
blastospora, sedang pada yang menahun didapatkan miselium. Kandidosis di
permukaan alat dalam biasanya hanya mengandung blastospora yang berjumlah
besar, pada stadium lanjut tampak hifa.
Hal ini dapat dipergunakan untuk menilai hasil pemeriksaan bahan klinik, misalnya dahak, urin untuk menunjukkan stadium penyakit. Kelainan jaringan yang disebabkan oleh Candida albicans dapat berupa peradangan, abses kecil atau granuloma. Pada kandidosis sistemik, alat dalam yang terbanyak terkena adalah ginjal, yang dapat hanya mengenai korteks atau korteks dan medula dengan terbentuknya abses kecil-kecil berwarna keputihan. Alat dalam lainnya yang juga dapat terkena adalah hati, paru-paru, limpa dan kelenjar gondok. Mata dan otak sangat jarang terinfeksi. Kandidosis jantung berupa proliferasi pada katup-katup atau granuloma pada dinding pembuluh darah koroner atau miokardium. Pada saluran pencernaan tampak nekrosis atau ulkus yang kadang-kadang sangat kecil sehingga sering tidak terlihat pada pemeriksaan. Manifestasi klinik infeksi Candida albicans bervariasi tergantung dari organ yang diinfeksinya.7
Hal ini dapat dipergunakan untuk menilai hasil pemeriksaan bahan klinik, misalnya dahak, urin untuk menunjukkan stadium penyakit. Kelainan jaringan yang disebabkan oleh Candida albicans dapat berupa peradangan, abses kecil atau granuloma. Pada kandidosis sistemik, alat dalam yang terbanyak terkena adalah ginjal, yang dapat hanya mengenai korteks atau korteks dan medula dengan terbentuknya abses kecil-kecil berwarna keputihan. Alat dalam lainnya yang juga dapat terkena adalah hati, paru-paru, limpa dan kelenjar gondok. Mata dan otak sangat jarang terinfeksi. Kandidosis jantung berupa proliferasi pada katup-katup atau granuloma pada dinding pembuluh darah koroner atau miokardium. Pada saluran pencernaan tampak nekrosis atau ulkus yang kadang-kadang sangat kecil sehingga sering tidak terlihat pada pemeriksaan. Manifestasi klinik infeksi Candida albicans bervariasi tergantung dari organ yang diinfeksinya.7
G. GAMBARAN KLINIS
Gambaran klinis yang terlihat bervariasi tergantung dari
bagian tubuh mana yang terkena, dapat dilihat sebagai berikut :
1. Kandidiasis intertriginosa :
Kelainan ini sering terjadi pada orang-orang gemuk, menyerang lipatan-lipatan
kulit yang besar. Lesi di daerah lipatan kulit ketiak, lipat paha,
intergluteal, lipat payudara, antara jari tangan atau kaki, glans penis dan
umbilikalis, berupa bercak yang berbatas tegas, bersisik, basah dan
eritematosa. Lesi tersebut dikelilingi oleh satelit berupa vesikel-vesikel dan
pustul-pustul kecil atau bula yang bila pecah meninggalkan daerah yang erosif
dengan pinggir yang kasar dan berkembang seperti lesi primer.1,8
2. Kandidiasis
perianal : Lesi berupa maserasi seperti infeksi dermatofit tipe basah. Penyakit ini menimbulkan pruritus ani.1
3. Kandidiasis kutis generalisata : Lesi terdapat pada glabrous
skin, biasanya juga pada lipat payudara, intergluteal dan umbilikus. Sering
disertai glositis, stomatitis dan paronikia. Lesi berupa ekzematoid, dengan
vesikel-vesikel dan pustul-pustul. Penyakit ini sering terdapat pada bayi,
mungkin karena ibunya menderita kandidiasis vagina atau mungkin karena gangguan
imunologik. 1
4. Paronikia dan onikomikosis : infeksi jamur pada kuku dan
jaringan sekitarnya ini menyebabkan rasa nyeri dan peradangan sekitar kuku.
Kadang-kadang kuku rusak dan menebal. Hal ini sering diderita oleh orang-orang
yang pekerjaannya berhubungan dengan air.1,8
5. Diaper rush : sering terdapat pada bayi yang
popoknya selalu basah dan jarang diganti yang dapat menimbulkan dermatitis
iritan, juga sering diderita neonatus sebagai gejala sisa dermatitis oral dan
perianal. 1
6. Kandidisiasis kutis granulomatosa : Kelainan ini merupakan bentuk yang
jarang dijumpai. Manifestasi kulit berupa pembentukan granuloma yang terjadi
akibat penumpukan krusta serta hipertrofi setempat. Kelainan ini banyak
menyerang anak-anak, lesi berupa papul kemerahan tertutup krusta tebal berwarna
kuning kecoklatan dan melekat erat pada dasarnya. Krusta ini dapat menimbulkan
tanduk sepanjang 2 cm, lokasinya sering terdapat di muka, kepala, kuku, badan,
tungkai, dan faring. 1,8
7. Thrush
merupakan infeksi jamur di dalam mulut. Bercak berwarna putih menempel pada
lidah dan pinggiran mulut, sering menimbulkan nyeri. Bercak ini bisa dilepas
dengan mudah oleh jari tangan atau sendok. Thrush pada dewasa bisa merupakan
pertanda adanya gangguan kekebalan, kemungkinan akibat diabetes atau AIDS. Pemakaian antibiotik yang membunuh bakteri
saingan jamur akan meningkatkan kemungkinan terjadinya thrush. 1,7
Gambar 1. Kandidiasis.
Plak putih yang terdapat pada mukosa bukal dan dibawah permukaan lidah yang
menggambarkan thrust. Ketika
terhapus maka plak akan meninggalkan area erosi kemerahan 13
8. Perléche
merupakan suatu infeksi Candida di sudut mulut yang menyebabkan retakan dan
sayatan kecil. Bisa berasal dari gigi palsu
yang letaknya bergeser dan menyebabkan kelembaban di sudut mulut sehingga
tumbuh jamur. 1,7
9. Infeksi vagina (vulvovaginitis) sering ditemukan
pada wanita hamil, penderita diabetes atau pemakai antibiotik.Gejalanya berupa
keluarnya cairan putih atau kuning dari vagina disertai rasa panas, gatal dan
kemerahan di sepanjang dinding dan daerah luar vagina. 1,7
10. Infeksi penis sering terjadi pada penderita
diabetes atau pria yang mitra seksualnya menderita infeksi vagina. Biasanya
infeksi menyebabkan ruam merah bersisik (kadang menimbulkan nyeri) pada bagian
bawah penis. 1,7
Gambar 2. Kandidiasis
intertriginosa. 9
Gambar
3. Kandidiasis.
Eritem, maserasi dan pustule satelit di axilla disertai gatal. Hal tersebut
merupakan bentuk kandidiasis intertrigo.13
H. PEMERIKSAAN PENUNJANG
Dalam menegakkan diagnosis kandidiasis,
maka dapat dibantu dengan adanya pemeriksaan penunjang, antara lain :
1. Pemeriksaan langsung
Kerokan kulit atau usapan mukokutan diperiksa dengan
larutan KOH 10 % atau dengan pewarnaan gram, terlihat sel ragi, blastospora,
atau hifa semu
2. Pemeriksaan biakan
Bahan yang akan diperiksa ditanam dalam agar dekstrosa
glukosa Sabouraud, dapat pula agar ini dibubuhi antibiotik (kloramfenikol )
untuk mencegah pertumbuhan bakteri. Perbenihan disimpan dalam suhu kamar atau
lemari suhu 370C, koloni tumbuh setelah 24-48 jam, berupa yeast like
colony. Identifikasi Candida
albicans dilakukan dengan
membiakkan tumbuhan tersebut pada corn
meal agar.1
Gambar 4. keterangan
: Pemeriksaan mikroskopis dengan KOH. Dikutip dari kepustakaan nomer 6.
I. DIAGNOSIS
BANDING
Diagnosis banding dari kandidiasis antara
lain : 1
1. Kandidosis kutis lokalisata dengan :
a. Eritrasma
b. Dermatitis intertriginosa
c. Dermatofitosis ( tinea )
2. Kandidosis kuku dengan tinea unguium
3. Kandidosis vulvovaginitis dengan :
a. Trikomonas vaginalis
b. Gonore akut
c. Leukoplakia
d. Liken planus
J. PENATALAKSANAAN
Penatalaksanaan
untuk kandidiasis antara lain : 1
1. Menghindari atau menghilangkan faktor predisposisi,
2. Topikal
Obat topical untuk kandidiasis meliputi:
Obat topical untuk kandidiasis meliputi:
a. Larutan
ungu gentian ½-1% untuk selaput lendir, 1-2% untuk kulit, dioleskan sehari 2
kali selama 3 hari,
b. Nistatin: berupa krim, salap, emulsi,
c. Amfoterisin B,
d. Grup azol antara lain:
1) Mikonazol 2% berupa krim atau bedak
2) Klotrimazol 1% berupa bedak, larutan dan krim
3) Tiokonazol, bufonazol, isokonazol
4) Siklopiroksolamin 1% larutan, krim
5) Antimikotik yang lain yang berspektrum luas. 1,10
3. Sistemik
a. Tablet
nistatin untuk menghilangkan infeksi fokal dalam saluran cerna, obat ini tidak
diserap oleh usus.
b. Amfoterisin B diberikan intravena untuk kandidosis
sistemik
c. Untuk
kandidosis vaginalis dapat diberikan kotrimazol 500 mg per vaginam dosis
tunggal, sistemik dapat diberikan ketokonazol 2 x 200 mg selama 5 hari atau
dengan itrakonazol 2 x 200 mg dosis tunggal atau dengan flukonazol 150 mg dosis
tunggal.
d. Itrakonazol bila dipakai untuk kandidosis vulvovaginalis
dosis untuk orang dewasa 2 x 100 mg sehari selama 3 hari.
4. Khusus:
1. Kandidiasis intertriginosa :
pengobatan ditujukan untuk menjaga kulit tetap kering dengan penambahan bedak
nistatin topikal, klotrimazol atau mikonazol 2 kali sehari. Pasien dengan
infeksi yang luas ditambahkan dengan flukonazol oral 100 mg selama 1-2 minggu
atau itrokonazol oral 100 mg 1-2 minggu.
2. Diaper disease : Mengurangi waktu area diaper terpapar kondisi panas dan
lembab. Pengeringan udara, sering mengganti diaper dan selalu menggunakan bedak
bayi atau pasta zinc oxide merupakan tindakan pencegahan yang adekuat. Terapi
topikal yang efektif yaitu dengan nistatin, amfoterisin B, mikonazol atau
klotrimazol.
3. Paronikia : pengobatan dengan obat
topikal biasanya tidak efektif tetapi dapat dicoba untuk paronikia kandida yang
kronis. Solusio kering atau solusio antifungi dapat digunakan.Terapi oral yang dianjurkan
dengan itrakonazol atau terbinafin.15
Grup azole adalah obat antimikosis sintetik yang
berspektrum luas. Termasuk ketokonazol, mikonazol, flukonazol, itrakonazol dan
ekonazol. Mekanisme kerja dari grup azole adalah menghambat sintesis dari ergosterol
mengubah cairan membran sel dan mengubah kerja enzim membran. Hasilnya dalam penghambatan replikasi dan
penghambatan transformasi bentuk ragi ke bentuk hifa yang merupakan bentuk
invasive dan patogenik dari parasit.
Nistatin dan amfoterisin adalah polyene yang aktif
melawan beberapa fungi tapi hanya bekerja sedikit pada sel mamalia dan tidak
bekerja pada bakteri. Obat ini mengikat membrane sel dan menghalangi fungsi
permeabilitas dan transport.
Terbinafine adalah alinamine yang merupakan fungisida
jangkauan yang luas pada kulit pathogen. Obat ini menghambat epoxidase yang
terlibat dalam sintesis ergosterol dari bagian dinding sel jamur.15
K. PROGNOSIS
Prognosis
penyakit ini umumnya baik tergantung pada faktor predisposisi. 1
DAFTAR PUSTAKA
1. Kuswadji. Kandidosis. Dalam : Djuanda A., Hamzah M., Aishah S., Ilmu Penyakit Kulit dan Kelamin. Edisi IV, Balai Penerbit Fakultas
Kedokteran Universitas Indonesia, Jakarta,
2006. Pp:103-6
2. SMF Ilmu Kulit
Kelamin Fakultas Kedokteran Universitas Airlangga. Atlas Penyakit Kulit dan
Kelamin. Airlangga University Press, 2007. Pp:86-92
- James William,Berger Timothy,
Elston Dirk. Candidiasis.Dalam : Andrew’s Disease of The Skin
Clinical Dermatology. Ed 10th. British. WB Saunders
Company. 2000. Pp:308-9
0 comments
Post a Comment