Thursday, May 8, 2014

RINITIS ALERGI

BATASAN

Rinitis alergi secara klinis didefinisikan sebagai gejala rinitis yang
timbul setelah pajanan/paparan alergen yang menyebabkan inflamasi
mukosa hidung yang diperantarai oleh IgE, dengan gejala bersin-bersin
paroksismal, pilek encer, dan buntu hidung.
ETIOLOGI
Alergen:
- Inhalan: debu rumah, debu kapuk, jamur, bulu hewan, dsb.
- Ingestan: buah, susu, telur, ikan laut, kacang-kacangan dsb.
PATOFISIOLOGI
Gejala rinitis alergi timbul karena paparan alergen hirupan pada
mukosa hidung yang menyebabkan inflamasi dan menimbulkan gejala
bersin, gatal, rinore dan buntu hidung. Segera setelah mukosa terkena
paparan alergen, terjadi reaksi alergi fase cepat dalam beberapa menit
dan berlangsung sampai beberapa jam (immediate rhinitis symptoms).
Pada sebagian penderita akan terjadi reaksi fase lambat yang terjadi
beberapa jam setelah fase cepat dan dapat berlangsung hingga 24 jam.
Pada fase ini akan terjadi pengerahan sel-sel radang seperti limfosit,
basofil, eosinofil dan netrofil ke mukosa hidung. Akumulasi sel radang
ini menyebabkan gejala hidung buntu yang merupakan gejala yang lebih
dominan pada fase lambat. Gejala ini dapat menetap jangka lama pada
rinitis yang persisten (chronic ongoing rhinitis).
GEJALA KLINIK
• Serangan timbul bila terjadi kontak dengan alergen penyebab.
• Didahului rasa gatal pada hidung, mata, atau kadang-kadang palatum mole.
• Bersin-bersin paroksismal, pilek encer, dan buntu hidung.
• Gangguan pembauan, mata sembab dan berair, kadang-kadang disertai
sakit kepala.
• Tidak ada tanda-tanda infeksi (misalnya panas badan).
KLASIFIKASI
• Rinitis alergi intermiten : serangan < 4 hari per minggu, atau
berlangsung < 4 minggu
• Rinitis alergi persisten : serangan > 4 hari per minggu, dan
berlangsung > 4 minggu.
• Rinitis alergi ringan : Tidur normal, aktifitas sehari-hari, saat
olah raga dan santai normal, kegiatan bekerja dan sekolah normal, tak
ada keluhan mengganggu
• Rinitis alergi sedang berat : Tidur terganggu (tak normal),
aktifitas sehari-hari saat olah raga dan santai terganggu, terdapat
gangguan saat kerja dan sekolah, adanya keluhan mengganggu.
DIAGNOSIS
Anamnesis yang lengkap dan cermat. Adanya paparan alergen. Mungkin ada
riwayat alergi pada keluarga, adanya alergi di organ lain (asma,
dermatitis)
Pemeriksaan:
Rinoskopi anterior: Konka udim dan pucat, sekret seromusinus. Pada
rinitis alergi persisten rongga hidung sempit, konka udim hebat.
Pemeriksaan tambahan:
- Tes kulit:”Prick Test”.
- Eosinofil sekret hidung. Positif bila > = 25%.
- Eosinofil darah. Positif bila >= 400/mm3.
- Bila diperlukan dapat diperiksa:
o IgE total serum (RIST dan PRIST). Positif bila > 200 IU.
o IgE spesifik (RAST).
- Endoskopi nasal: bila diperlukan dan tersedia sarana.
DIAGNOSIS BANDING
- Rinitis akut: ada keluhan panas badan, mukosa hiperemis, sekret mukopurulen..
- Rhinitis medikamentosa (drug induced rhinitis): karena penggunaan
tetes hidung dalam jangka lama, reserpin, klonidin, alfa metildopa,
guanetidin, klorpromasin, dan fenotiasin yang lain.
- Rhinitis hormonal (hormonally induced rhinitis): Pada penderita
hamil, hipertiroid, penggunaan pil KB.
- Rinitis vasomator.
PENYULIT
- Sinusitis paranasal
- Polip hidung.
- Otitis media.
TERAPI
- Hindari alergen penyebab.
- Medikamentosa :
o Antihistamin pada saat serangan: dapat dipakai CTM 3 x 2-4 mg. Untuk
yang non sedatif dapat dipakai: loratadin, setirizin (1X sehari 10
mg) atau fleksofenadin (2X sehari 60 mg). Desloratadine adalah turunan
baru loratadine yang punya efek dekongestan. Antihistamin baru non
sedatif cukup aman untuk pemakaian jangka panjang.
o Kortikosteroid (deksametason, betametason), untuk serangan akut yang
berat. Ingat kontra indikasi. Diberikan dengan tappering off.
o Dekongestan lokal: tetes hidung, larutan efedrin ½-1%, atau
oksimetazolin 0.025%-0.05%, bila diperlukan, dan tidak boleh lebih
dari seminggu.
o Dekongestan oral: pseudo-efedrin, 2-3 x 30-60 mg sehari. Dapat
dikombinasi dengan antihistamin. (triprolidin + pseudo-efedrin,
setirizin + pseudo-efedrin, loratadin + psedo-efedrin)
o Steroid semprot hidung untuk rinitis persisten sedang berat.
- Pembedahan: apabila ada kelainan anatomi (deviasi septum nasi),
polip hidung, atau komplikasi lain yang memerlukan tindakan bedah.
- Meningkatkan kondisi tubuh:
o Olah raga pagi.
o Makanan yang baik.
o Istirahat yang cukup dan hindari stres.
DAFTAR PUSTAKA
1. International Consensus Report of the Diagnosis and Management of
Rhinitis. International Rhinitis Management Working Group. Mechanisme
of Rhinitis. Allergy 1994;49(Suppl.)7-9.


Artikel Terkait

0 comments

Post a Comment

Cancel Reply