Deskripsi
Feritin adalah protein penyimpan zat besi
yang larut dalam air terdiri dari selubung protein (apoferitin) yang merupakan
gabungan garam ferri dengan protein dan inti kristalin yang terdiri dari ribuan
molekul ferri oksihidroksida.
Ferritin mengandung sekitar 23% besi. Setiap satu kompleks ferritin bisa menyimpan kira – kira 3000 - 4500 ion Fe3+ di dalamnya. Ferritin bisa ditemukan atau disimpan di Liver, Limpa, Otot Skelet dan Sumsum Tulang. Dalam keadaan normal, hanya sedikit ferritin yang terdapat dalam plasma manusia. Jumlah ferritin dalam plasma menggambarkan jumlah besi yang tersimpan di dalam tubuh kita.
Pemeriksaan ferritin
dilakukan untuk mengukur konsentrasi ferritin atau cadangan besi di dalam
tubuh. Sekitar 30% besi yang berada di dalam tubuh, tersimpan sebagai feritin
di limpa, sumsum tulang dan hati. Pemeriksaan ini berkorelasi dan berguna pada
evaluasi total body storage iron.
STRUKTUR DAN FUNGSI FERRITIN
Ferritin adalah protein berbentuk glubular dan mempunyai dua lapisan dengan diameter luarnya berukuran 12 nm dan diameter dalamnya berukuran 8 nm. Besi tersimpan di dalam protein ferritin tersebut tepatnya di tengah. Bila dilihat dari stuktur kristalnya, satu monomer ferritin mempunyai lima helix penyusun yaitu blue helix, orange helix, green helix, yellow helix dan red helix dimana ion Fe berada di tengah kelima helix tersebut.
Besi bebas bersifat toxic untuk sel, karena besi bebas merupakan katalisis pembentukan radikal bebas dari Reactive Oxygen Species (ROS) melalui reaksi Fenton. Untuk itu, sel membentuk suatu mekanisme perlindungan diri yaitu dengan cara membuat ikatan besi dengan ferritin. Jadi ferritin merupakan Protein utama penyimpan besi di dalam sel.
Asupan zat besi yang masuk ke dalam tubuh kita kira-kira 10 – 20 mg setiap harinya, tapi ternyata hanya 1 – 2 mg atau 10% saja yang di absorbsi oleh tubuh. 70% dari zat besi yang di absorbsi tadi di metabolisme oleh tubuh dengan proses eritropoesis menjadi Hemoglobin, 10 - 20% di simpan dalam bentuk ferritin dan sisanya 5 – 15% di gunakan oleh tubuh untuk proses lain. Besi Fe3+ yang disimpan di dalam ferritin bisa saja di lepaskan kembali bila ternyata tubuh membutuhkannya.
KELAINAN
Kadar ferritin normal 30-300 ng/mL untuk pria dan 15-200 ng/mL untuk wanita. Kadar ferritin yang terlalu tinggi dapat menyebabkan terjadinya hemokromatosis sedangkan kadar ferritin yang terlalu rendah dapat menyebabkan terjadinya anemia defisiensi besi.
Anemia defisiensi besi atau yang dikenal juga dengan Anemia Sideropenik biasanya disebabkan karena asupan zat besi yang kurang, infeksi parasit, menoragi, metroragi, menstruasi, premenopause, kehamilan, ulkus peptikum, penggunaan obat-obatan dalam jang waktu yang lama dan lain – lain. Ketika tubuh kehilangan zat besi melebihi asupannya maka tubuh akan mulai membongkar dan memakai besi yang tersimpan dalam ferritin di liver, limpa, otot dan sumsum tulang, yang merupakan cadangan dalam tubuh. Kadar ferritin pun berkurang secara progresif. Cadangan besi yang telah berkurang tidak dapat memenuhi kebutuhan untuk pembentukan eritrosit, sehingga eritrosit yang dihasilkan jumlahnya menjadi lebih sedikit. Kadar eritrosit menurun mengakibatkan hemoglobin pun ikut menurun. Mulailah terjadi anemia. Tubuh pun berusaha melakukan kompensasi, dimana sumsum tulang berusaha untuk menggantikan kekurangan besi dengan mempercepat pembelahan sel dan menghasilkan eriitrosit dengan ukuran yang sangat kecil (Mikrositik) yang khas untuk anemia defisiensi besi.
Pemeriksaan serum Ferritin merupakan pemeriksaan yang paling spesifik untuk mendiagnosa Anemia defisiensi besi. Kadar serum ferritin yang sangat rendah menunjukkan Anemia defisiensi besi.
Ferritin adalah protein berbentuk glubular dan mempunyai dua lapisan dengan diameter luarnya berukuran 12 nm dan diameter dalamnya berukuran 8 nm. Besi tersimpan di dalam protein ferritin tersebut tepatnya di tengah. Bila dilihat dari stuktur kristalnya, satu monomer ferritin mempunyai lima helix penyusun yaitu blue helix, orange helix, green helix, yellow helix dan red helix dimana ion Fe berada di tengah kelima helix tersebut.
Besi bebas bersifat toxic untuk sel, karena besi bebas merupakan katalisis pembentukan radikal bebas dari Reactive Oxygen Species (ROS) melalui reaksi Fenton. Untuk itu, sel membentuk suatu mekanisme perlindungan diri yaitu dengan cara membuat ikatan besi dengan ferritin. Jadi ferritin merupakan Protein utama penyimpan besi di dalam sel.
Asupan zat besi yang masuk ke dalam tubuh kita kira-kira 10 – 20 mg setiap harinya, tapi ternyata hanya 1 – 2 mg atau 10% saja yang di absorbsi oleh tubuh. 70% dari zat besi yang di absorbsi tadi di metabolisme oleh tubuh dengan proses eritropoesis menjadi Hemoglobin, 10 - 20% di simpan dalam bentuk ferritin dan sisanya 5 – 15% di gunakan oleh tubuh untuk proses lain. Besi Fe3+ yang disimpan di dalam ferritin bisa saja di lepaskan kembali bila ternyata tubuh membutuhkannya.
KELAINAN
Kadar ferritin normal 30-300 ng/mL untuk pria dan 15-200 ng/mL untuk wanita. Kadar ferritin yang terlalu tinggi dapat menyebabkan terjadinya hemokromatosis sedangkan kadar ferritin yang terlalu rendah dapat menyebabkan terjadinya anemia defisiensi besi.
Anemia defisiensi besi atau yang dikenal juga dengan Anemia Sideropenik biasanya disebabkan karena asupan zat besi yang kurang, infeksi parasit, menoragi, metroragi, menstruasi, premenopause, kehamilan, ulkus peptikum, penggunaan obat-obatan dalam jang waktu yang lama dan lain – lain. Ketika tubuh kehilangan zat besi melebihi asupannya maka tubuh akan mulai membongkar dan memakai besi yang tersimpan dalam ferritin di liver, limpa, otot dan sumsum tulang, yang merupakan cadangan dalam tubuh. Kadar ferritin pun berkurang secara progresif. Cadangan besi yang telah berkurang tidak dapat memenuhi kebutuhan untuk pembentukan eritrosit, sehingga eritrosit yang dihasilkan jumlahnya menjadi lebih sedikit. Kadar eritrosit menurun mengakibatkan hemoglobin pun ikut menurun. Mulailah terjadi anemia. Tubuh pun berusaha melakukan kompensasi, dimana sumsum tulang berusaha untuk menggantikan kekurangan besi dengan mempercepat pembelahan sel dan menghasilkan eriitrosit dengan ukuran yang sangat kecil (Mikrositik) yang khas untuk anemia defisiensi besi.
Pemeriksaan serum Ferritin merupakan pemeriksaan yang paling spesifik untuk mendiagnosa Anemia defisiensi besi. Kadar serum ferritin yang sangat rendah menunjukkan Anemia defisiensi besi.
Manfaat Pemeriksaan :
Pemantauan perkembangan defisiensi besi
pada penyakit anemia, diagnosa hipokromik dan anemia mikrositik. Kadar ferritin
berkolerasi dengan dan berguna pada evaluasi dari total body storage iron. Pada
hemokromatosis, ferritin dan iron saturation meningkat. Kadar ferritin pada
hemokromatosis bisa mencapai > 1000 ng/mL (Serum Iron/SI : > 1000 ng/mL).
0 comments
Post a Comment