Klasifikasi
Kingdom
: Bacteria
Phylum
: Actinobacteria
Order
: Bifidobacteriales
Family
: Bifidobacteriaceae
Genus
: Gardnerella
Species
: Gardnerella vaginalis
Karakteristik
Organisme ini mula-mula
dikenal sebagai H. vaginalis kemudian diubah menjadi genus Gardnerella atas
dasar penyelidikan mengenai fenetopik dan asam dioksi-ribonukleat. Tidak
mempunyai kapsul, tidak bergerak dan berbentuk batang gram negatif atau
variabel gram. Bewarna abu-abu dan tipis. Tes katalase, oksidase, reduksi
nitrat, indole, dan urease semuanya negatif
Kuman ini bersifat fakultatif,
dengan produksi akhir utama pada fermentasi berupa asam asetat, banyak galur
yang juga menghasilkan asam laktat dan asam format. Ditemukan juga galur
anaerob obligat. Dan untuk pertumbuhannya dibutuhkan tiamin, riboflavin, niasin,
asam folat, biotin, purin, dan pirimidin.(7)
Berbagai literatura dalam
30 tahun terakhir membuktikan bahwa G. vaginalis berhubungan dengan bacterial
vaginalis.
Penularan
Penyakit bakterial vaginosis lebih sering ditemukan pada wanita yang
memeriksakan kesehatannya daripada vaginitis jenis lainnya. Frekuensi
bergantung pada tingkatan sosial ekonomi penduduk pernah disebutkan bahwa 50 %
wanita aktif seksual terkena infeksi G. vaginalis.
Gardnerella vaginalis dapat
diisolasi dari 15 % anak wanita prapubertas yang masih perawan, sehingga
organisme ini tidak mutlak ditularkan lewat kontak seksual. Meskipun kasus
bakterial vaginosis dilaporkan lebih tinggi pada klinik PMS, tetapi peranan
penularan secara seksual tidak jelas .Bakterial vaginosis yang rekuren dapat
meningkat pada wanita yang mulai aktivitas seksualnya sejak umur muda, lebih
sering juga terjadi pada wanita berkulit hitam yang menggunakan kontrasepsi dan
merokok. Bakterial vaginosis yang rekuren prevalensinya juga tinggi pada
pasangan-pasangan lesbi, yang mungkin berkembang karena wanita tersebut
berganti-ganti pasangan seksualnya ataupun yang sering melakukan penyemprotan
pada vagina.
Hampir 90 % laki-laki yang
mitra seksual wanitanya terinfeksi Gardnerella vaginosis, mengandung
G.vaginalis dengan biotipe yang sama dalam uretra, tetapi tidak menyebabkan
uretritis.
Infeksi
Wanita dengan bakterial
vaginosis dapat tanpa gejala. Gejala yang paling sering pada bakterial
vaginosis adalah adanya cairan vagina yang abnormal (terutama setelah melakukan
hubungan seksual) dengan adanya bau vagina yang khas yaitu bau amis/bau ikan (fishy
odor). Bau tersebut disebabkan oleh adanya amin yang menguap bila cairan vagina
menjadi basa. Cairan seminal yang basa (pH 7,2) menimbulkan terlepasnya amin
dari perlekatannya pada protein dan amin yang menguap menimbulkan bau yang
khas. Walaupun beberapa wanita mempunyai gejala yang khas, namun pada sebagian
besar wanita dapat asimptomatik. Iritasi daerah vagina atau sekitar vagina
(gatal, rasa terbakar), kalau ditemukan lebih ringan daripada yang disebabkan
oleh Trichomonas vaginalis atau C.albicans. Sepertiga penderita mengeluh gatal
dan rasa terbakar, dan seperlima timbul kemerahan dan edema pada vulva. Nyeri
abdomen, dispareuria, atau nyeri waktu kencing jarang terjadi, dan kalau ada
karena penyakit lain. Pada pemeriksaan biasanya menunjukkan sekret vagina yang
tipis dan sering berwarna putih atau abu-abu, viskositas rendah atau normal,
homogen, dan jarang berbusa. Sekret tersebut melekat pada dinding vagina dan
terlihat sebagai lapisan tipis atau kelainan yang difus. Gejala peradangan umum
tidak ada. Sebaliknya sekret vagina normal, lebih tebal dan terdiri atas
kumpulan sel epitel vagina yang memberikan gambaran yang bergerombol.
Pada penderita dengan
bakterial vaginosis tidak ditemukan inflamasi pada vagina dan vulva. Bakterial
vaginosis dapat timbul bersama infeksi traktus genital bawah seperti
trikomoniasis dan servisitis sehingga menimbulkan gejala genital yang tidak
spesifik.
Pengobatan
Gardnerella vaginalis
yang asimptomatik tidak memerlukan pengobatan. Sementara VB meskipun dapat
sembuh sendiri, sudah menjadi kesepakatan untuk harus diobati, apalagi
umumnya penderita mengeluhkan bau yang kurang sedap. Karena VB dilaporkan
banyak terjadi pada ibu hamil dan jika tidak ditataksana dapat menyebabkan
partus preterm atau endometritiis pascapartus, maka regimen untuk VB pun
diupayakan yang aman untuk ibu hamil.
Secara umum antibiotik
merupakan pilihan pertama terapi VB, Metronidazole, Clindamycin, Tetrasiklin,
serta krim sulfonamida. Sebagai terapi utama digunakan Metronidazole dengan
dosis 2 x 400 mg atau 300 mg setiap hari selama 7 hari atau 5 g inttravaginal
selama 7 hari. Metronidazole bersifat bakterisida terhadap bakteri anaerob.
Metronidazole topikal (Flagyl) akan mematikan jaringan sehat di sekitarnya
karena terbentuk radikal bebas dan bereaksi dengan komponen DNA interaseluler
sehingga mematikan sel-sel di sekitarnya.
Clindamycin dan
tetrasiklin sudah tidak banyak dipakai karena tidak terlalu efektif. Begitu
juga krim sulfonamida tripel yang bersifat acid cream base sehingga akan
menurunkan pH jika dipakai setiap hari selama 7 hari. Pemberian antibiotik
untuk VB tidak hanya ditujukan untuk eradikasi atau menurunkan jumlah G.
Vaginalis dan kuman anaerob vaginal, tetapi juga memiliki aktivitas minimal
terhadap flora vaginal. Pemakaian AKDR akan menimbulkan rekurensi VB. Pemberian
metronidazole 2 gram oral dosis tunggal tiap bulan pada hari ke-3 siklus menstruasi
dianjurkan untuk profilaksis terjadinya rekurensi. Besarnya jumlah rekurensi
setelah pengobatan merupakan pertimbangan memilih obat untuk VB.
Selain pemakaian AKDR,
faktor predisposisi yang dapat menyebabkan VB ialah pemberian antibiotik,
penurunan estrogen, pencucian vagina (vaginal douching), serta berhubungan
seksual dengan pasangan yang terinfeksi Gardnerella vaginalis.
Selain itu VB juga dapat menyebabkan beberapa komplikasi, di antaranya
salpingitis, endometritis, selulitis vagina, reaksi simpang kehamilan,
termasuk kehamilan prematur, korioamnionitis, dan endometritis pascapartum.
Namun yang demikian relatif jarang terjadi, sehingga prognosis VB jika tanpa
komplikasi termasuk baik. Sementara prognosis jika terdapat komplikasi sangat
tergantung pada komplikasi yang terjadi
Pencegahan
Untuk mencegah penyakit
vaginalis yang dibawa oleh Gardnerella vaginalis ini
hendaknya kita tidak berganti pasangan walaupun sampai sekarang penularan Gardnerella vaginalis melalui kegiatan
seksual belum jelas kepastiannya. Kegiatan-kegitan yang mengurangi imun kita
juag sebaiknya dihindari seperti merokok karena bagaimanapun juga hal yang
pertama melawan bakteri yang masuk ke dalam tubuh adalah sistem imun
0 comments
Post a Comment